Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di antara tanda sempurnanya keimanan seorang mukmin adalah bila ia mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan itu untuk dirinya.
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya”
Di antara bentuk kebaikan seorang mukmin untuk saudaranya adalah memperbaikinya bila ia melihat ada aib atau kekurangan pada saudaranya tersebut.
Maka Rasulullah SAW bersabda,
“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (Hasan secara sanad)
Rasulullah mengibaratkan seorang mukmin seperti cermin bagi saudaranya. Fungsi cermin, selain untuk berhias juga untuk mengetahui apakah ada penampilan dan dandanan yang kurang sehingga perlu diperbaiki bagi orang yang bercermin.
Dengan demikian, hubungan seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah saling menjaga, saling menghendaki kebaikan, bukan saling mengotori dan saling menjatuhkan.
Sifat-Sifat dari Sebuah Cermin
Ada beberapa faidah yang bisa dipetik dari sabda Rasulullah yang mengibaratkan seorang mukmin sebagai cermin bagi mukmin yang lain.
-
Cermin yang baik adalah cermin yang bersih dan jernih
Cermin tidak akan bisa memantulkan gambar obyek yang ada di depannya dengan baik kecuali jika cermin itu bersih dari kotoran, debu atau minyak.
Demikian halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak akan bisa menjadi ‘cermin’ yang baik bagi saudaranya kecuali jika ia memiliki hati yang baik dan bersih. Dengan hatinya yang bersih ia akan bisa menyampaikan nasihat yang tulus untuk saudaranya, ia akan mencintai kebaikan untuk saudara mukminnya.
Sahabat Abdullah bin ‘Amr pernah mengatakan, suatu Ketika Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang,
“Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang lebih utama?”
Beliau menjawab,
“Setiap orang yang bersih hatinya, dan jujur lisannya”
Orang itu berkata,
“Kalau jujur lisan kami paham ya rasulullah, lantas apa yang dimaksud dengan bersih hatginya?
Beliu menjawab,
“Yaitu, hati yang bertaqwa lagi bersih, tidak ada dosa, tidak ada permusuhan, tidak ada benci dan iri hati”
-
Sifat cermin itu Jujur (Shidq)
Cermin akan memantulkan obyek bayangan apa adanya. Tidak mungkin cermin menampilkan obyek yang lain dari yang ada di depannya. Siapa pun yang bercermin, cermin selalu jujur menampilkan gambar apa adanya.
Demikian halnya dengan seorang mukmin. Ia harus bersikap jujur terhadap saudaranya dalam setiap keadaan.
Sebuah Pepatah Bahasa Arab mengatakan,
“teman adalah ia yang meluruskanmu bukan yang selalu membenarkan kamu”
Jujur dalam persahabatan, bentuknya berupa memberi nasihat yang tulus kepada seorang mukmin, membantunya dalam ketaatan kepada Allah dan beramal sholih. Bukan yang selalu membanrkan Tindakan seseorang meskipun tindakannya salah dan menyimpang , karena takut tidak lagi mendapat manfaat duniawi dari yang bersangkutan.
-
Sifat Cermin adalah memberi nasihat
Cermin akan menunjukkan Gambaran kita secara apa adanya tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan. Ia akan menunjukkan aib atau cela yang ada pada kita apa adanya, dengan tidak dibesar-besarkan atau dikecil-kecilkan.
Demikian halnya seorang mukmin, bila ia melihat aib atau kesalahan saudaranya ia akan menasehatinya. Bukankah agama adalah nasehat kata Baginda nabi. Dan nasehat adalah hak seorang muslim yang harus diberikan oleh muslim lainnya sebagaimana dikatakan baginda Nabi,
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam, diantaranya apabila ia meminta nasehat maka berilah nasehat untuknya”
Imam Syafi’I memberi Gambaran kepad akita bagaimana seharusnya kita memberi nasehat,
تَعَمَّدْني بِنُصْحِكَ فِي انْفِرَادِي *** وَجَنِّبْنِي النَّصِيْحَةَ فِي الجَمَاعَه
فَإِنَّ النُّصْـحَ بَيْنَ النَّاسِ نَوْعٌ *** مِنَ التَّوْبِيْخِ لا أَرْضَى اسْتِمَاعَه
وَإنْ خَالَفْتَنِي وَعَصَيْـتَ قَوْلِي *** فَلاَ تَجْزَعْ إِذَا لَمْ تُعْـطَ طَاعَه
“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti.” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56)
-
Sifat Cermin selain menampakkan kekurangan, ia juga akan memberitahukan kebaikan
Cermin tidak mungkin hanya menampakkan aib, keburukan dan kekurangan kita. Ia juga akan menampilkan sisi-sisi kebaikan kita.
Demikianlah seorang mukmin, bila ia melihat keutamaan dan kebaikan pada saudara mukminnya, ia seyogyanya menyampaikan hal itu kepada saudaranya.
Al-Asyaj bin Abdil Qais adalah seorang sahabat yang sangat santun dan bertahti-hati dalam segala sesuatu. Dua sifat terpuji yang dimiliki oleh Al-Asyaj dikatakan oleh Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—kepada beliau, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu santun dan tenang (tidak tergesa-gesa).” [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Beliau juga menyebut-nyebut kebaikan sahabat-sahabat beliau. Beliau mengatakan,
“Umatku yang paling sayang terhadap umatku adalah Abu Bakar, yang paling gigih memegang urusan Allah adalah Umar, yang paling benar rasa malunya adalah Utsman, yang paling paham halal dan haram adalah Mu’adz bin jabal, yang paling paham kewajiban adalah Zaid bin tsabit dan yang paling baik bacaan Al-Quran adalah Ubay bin Ka’ab”
“Tidak ada seorang lelaki yang berada di hamparan bumi ini dan di bawah naungan langit ini yang lebih jujur daripada Abu Dzar.”
-
Sifat Cermin, ia hanya menampilkan gambar orang yang ada di hadapannya. Bila orangnya tidak ada maka ia tidak akan menampilkan gambarnya
Demikian halnya seorang mukmin, ia akan menjaga kehormatan saudaranya saat ia tidak ada di hadapannya, ia akan menutup aib dan kekurangannya dan tidak mengumbar keburukan saudaranya di hadapan orang lain.
Rasulullah SAW prnah bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Hanya Allah dan rasul-Nya yang tahu”. Beliau mengatakan,
“Yaitu engkau menyebut-nyebut keburukan saudaramu”
Para sahabat kembali bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana kalau yang saya katakan tentang dia itu memang benar?” Beliau menjawab, “berarti engkau telah mengghibahnya”Sahabat balik bertanya, “bagaimana kalau yang saya katakan tentang dia tidak benar?” Beliau menjawab, “Berarti engkau t elah mefitnahnya!”
-
Sifat Cermin, ia tidak memantulkan gambar kecuali hanya yang Nampak dan tidak pernah menampilkan gambar yang tidak tampak
Demikianlah seorang mukmin, dia mensikapi manusia dengan apa yang Nampak padanya dan tidak memaksakan diri mengetahui rahasia mereka. Seorangmukmin senantiasa berbaik sangka kepada saudaranya, bila ia mendapati kesalahan pada saudaranya ia akan mencari alasan atau udzur atas kesalahannya.
Muhammad bin Sirin pernah berkata,
Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata, “Apabila sampai kepadamu dari saudaramu sesuatu yang kamu ingkari, maka carilah untuknya sebuah udzur . Bila kamu tidak mendapatkan udzur, maka katakanlah, “Barangkali ia mempunyai udzur yang aku tidak ketahui.”