Popularitas Membahayakanmu, Waspadalah!

Mencari popularitas dan terlalu berambisi untuk mendapatkannya bisa menjadi salah satu penyebab terbesar kerusakan hati. Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

ما ذِئبانِ جائعانِ أُرْسِلا في غنَمٍ ، بأفسدَ لَها من حِرصِ المَرءِ علَى المالِ والشَّرَفِ لدينِهِ

“Tidaklah dua serigala lapar yang dilepaskan ke dalam kawanan domba lebih merusak daripada ambisi seseorang terhadap harta dan kehormatan bagi agamanya.” (HR. Tirmidzi, hadis ini dinyatakan hasan sahih).

Pada hari kiamat, orang pertama yang akan dilempar ke dalam neraka adalah mereka yang beramal demi mencari pengakuan dan pujian. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa orang yang pertama kali diadili adalah seseorang yang mati syahid. Dia didatangkan dan diingatkan akan berbagai nikmat yang telah diberikan kepadanya, lalu ditanya: “Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, “Aku berperang demi Engkau sampai mati syahid.” Allah pun berfirman, “Kamu berdusta! Kamu berperang agar disebut sebagai orang pemberani, dan itu sudah dikatakan.” Lalu ia diperintahkan untuk diseret wajahnya hingga dilempar ke dalam neraka.

Hal serupa juga berlaku bagi orang yang menuntut ilmu, mengajarkannya, dan membaca Al-Qur’an. Ia didatangkan, diingatkan akan nikmat-nikmatnya, lalu ditanya: “Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, “Aku belajar ilmu, mengajarkannya, dan membaca Al-Qur’an demi Engkau.” Allah pun berfirman, “Kamu berdusta! Kamu belajar agar disebut sebagai seorang alim dan membaca Al-Qur’an agar dikatakan sebagai qari, dan itu sudah dikatakan.” Lalu ia diperintahkan untuk diseret wajahnya hingga dilempar ke dalam neraka.

Begitu juga dengan seseorang yang telah diberikan kelapangan rezeki dan berbagai jenis harta oleh Allah. Ia didatangkan, diingatkan akan nikmat-nikmatnya, lalu ditanya: “Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, “Aku telah menginfakkan hartaku di setiap jalan yang Engkau cintai.” Allah pun berfirman, “Kamu berdusta! Kamu melakukannya agar disebut sebagai seorang dermawan, dan itu sudah dikatakan.” Lalu ia diperintahkan untuk diseret wajahnya hingga dilempar ke dalam neraka. (HR. Muslim)

Hukuman bagi yang Mencari Pujian Manusia dalam Ketaatan

Mereka yang mencari pujian dan pengakuan manusia melalui amal ibadah justru akan mendapatkan hal sebaliknya—Allah akan membongkar niat buruk mereka dan membuat orang-orang mencela serta merendahkan mereka. Rasulullah ﷺ bersabda,

مَن يُسَمِّعْ يُسَمِّعِ اللَّهُ به، ومَن يُرائِي يُرائِي اللَّهُ بهِ

“Siapa yang beramal agar didengar dan dipuji manusia, maka Allah akan memperdengarkan keburukannya. Dan siapa yang berbuat riya, maka Allah akan memperlihatkan niat buruknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Khattabi menjelaskan bahwa siapa pun yang beramal tanpa keikhlasan, hanya ingin dipuji dan dilihat manusia, akan mendapatkan hukuman yang berlawanan—Allah akan membuka kedoknya dan mempermalukannya.

Ibnu Hajar menambahkan bahwa makna “Allah memperdengarkan keburukannya” adalah Allah akan membuatnya dikenal dengan keburukan dan memenuhi telinga manusia dengan celaan terhadapnya, baik di dunia maupun di akhirat, karena niatnya yang buruk.

Baca: Jebakan Popularitas

Hukum Mencari Popularitas dalam Urusan Duniawi

Namun, mencari popularitas dalam hal duniawi seperti pemasaran produk, perdagangan, industri, atau bidang lainnya tidak serta-merta haram, berbeda dengan mencari popularitas melalui amal ibadah yang seharusnya dilakukan dengan tulus.

Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ atau mencari kedudukan di hati manusia memiliki hukum yang bervariasi tergantung pada konteksnya. Jika terkait dengan ibadah, maka hukumnya bisa tercela. Namun, jika berkaitan dengan hal-hal duniawi seperti mencari pengaruh atau posisi, maka tidak otomatis haram, mirip dengan mencari harta—tergantung bagaimana cara dan tujuannya.

Begitu pula seseorang yang mencari sedikit kedudukan yang aman dari keburukan dan memang  ia memiliki kompetensi di bidang tersebut juga bisa menjadi hal yang terpuji—seperti yang dilakukan Nabi Yusuf ketika berkata:

 إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

“Aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan luas.” (QS. Yusuf: 55)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *