Pembuka Kebaikan, Penutup Keburukan

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّـهِ صَلَّى اللَّـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنَ النَّاسِ نَاسًا مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ نَاسًا مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ، فَطُوبَى لِمَن جَعَلَ اللَّـهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَن جَعَلَ اللَّـهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ

 Dari Anas bin Malik f, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan. Dan di antara manusia ada yang menjadi kunci keburukan dan penutup kebaikan. Maka, beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci kebaikan berada di tangannya, dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci keburukan berada di tangannya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ke-195, dan “Silsilah Shahihah” no. 1332).

Amal Shalih adalah Buah dari Aqidah yang Benar

Amal shalih merupakan hasil dari aqidah yang lurus. Seorang mukmin takut kepada Allah, taat kepada-Nya, menentang hawa nafsunya, dan mengutamakan akhirat yang kekal daripada dunia yang fana. Dalam hubungannya dengan Allah, seorang mukmin adalah kunci kebaikan, penunjuk kepada kebaikan, duta hidayah, dan utusan kebaikan. Dia juga penutup keburukan, pencegah bencana, penghalang azab, dan penjaga dari murka Allah Yang Maha Pengasih.

Islam Menjadikan Amal Shalih untuk Semua Orang

Ketika Islam memerintahkan dan mewajibkan kita untuk beramal shalih, Islam tidak membatasi amal tersebut hanya pada harta yang dimiliki oleh orang kaya, atau ilmu yang dimiliki oleh orang berpendidikan, atau kekuatan fisik yang dimiliki oleh orang yang kuat. Namun, Islam menjadikan amal shalih sebagai aktivitas manusiawi yang umum, yang dapat dilakukan oleh setiap orang sesuai dengan kemampuannya. Orang miskin dan kaya, orang yang buta huruf dan terpelajar, orang lemah dan kuat, semua bisa berpartisipasi dalam amal shalih. Seorang mukmin selalu menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan, selalu menginginkan rahmat Allah dan surga-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:

عِندَ اللَّهِ خَزَائِنُ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، مَفَاتِيحُهَا الرِّجَالُ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَهُ اللَّهُ مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَهُ اللَّهُ مِفْتَاحًا لِلشَّرِّ مِغْلَاقًا لِلْخَيْرِ

“Di sisi Allah terdapat perbendaharaan kebaikan dan keburukan, kuncinya adalah manusia. Maka, beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci kebaikan dan penutup keburukan, dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci keburukan dan penutup kebaikan.” (HR. Shahih al-Jami’, hadits ke-4108).

Makna Kebaikan dan Keburukan

Ar-Raghib berkata: “Kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan oleh semua orang, seperti akal, keadilan, dan keutamaan. Sedangkan keburukan adalah kebalikannya. Kebaikan bisa menjadi baik bagi seseorang tetapi buruk bagi orang lain, begitu pula dengan keburukan, seperti harta yang mungkin baik bagi si A tetapi buruk bagi si B. Oleh karena itu, Allah menyifati harta dengan dua hal ini.”

Ath-Thayyibi berkata: “Makna yang mencakup kebaikan harta dan keburukannya adalah seperti perbendaharaan. Barangsiapa yang menggunakan harta untuk membuka pintu kebaikan dan menginfakkannya di jalan Allah, maka dia adalah kunci kebaikan dan penutup keburukan. Namun, barangsiapa yang menutup pintu kebaikan dan membuka pintu keburukan dengan menginfakkan harta di jalan setan, maka dia adalah penutup kebaikan dan kunci keburukan.”

Ciri Orang yang Menjadi Kunci Kebaikan

Seorang yang menjadi kunci kebaikan selalu berbuat baik, berbicara dengan kebaikan, berpikir tentang kebaikan, dan berniat baik. Dia adalah sumber kebaikan bagi siapa pun yang bersamanya. Sedangkan orang yang menjadi kunci keburukan selalu berbuat buruk, berbicara dengan keburukan, berpikir tentang keburukan, dan berniat buruk. Oleh karena itu, bergaul dengan orang pertama adalah obat, sedangkan bergaul dengan orang kedua adalah penyakit.

Perintah Nabi SAW Agar Menjadi Pembuka Kebaikan bagi Orang Lain

Rasulullah ﷺ bersabda:

دليلُ الخيرِ كفاعِلِه

“Orang yang menunjukkan kebaikan seperti orang yang melakukannya.” (HR. Shahih al-Jami’, hadits ke-3390).

إنَّ الدالَّ على الخير كفاعِلِه

“Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan seperti orang yang melakukannya.” (HR. Tirmidzi dari Anas, hadits ke-1605, Shahih al-Jami’).

إنَّ لله تعالى ملائكةً في الأرض تنطقُ على ألسنة بني آدم بما في المرء من الخير والشَّرِّ

“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat di bumi yang berbicara melalui lisan manusia tentang kebaikan dan keburukan yang ada dalam diri seseorang.” (HR. Hakim dan disahihkan oleh Adz-Dzahabi, Shahih al-Jami’, hadits ke-2175).

والذي نفسي بيده لا يؤمنُ عبدٌ حتى يحبَّ لأخيه ما يحبُّ لنفسه من الخير

“Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan.” (HR. Shahih al-Jami’, hadits ke-7085).

إنما العلمُ بالتعلُّم، وإنما الحِلم بالتحلُّم، ومَن يتحرَّ الخير يُعطَه، ومَن يتَّق الشَّرَّ يُوقَه

“Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar, kesabaran diperoleh dengan latihan, dan barangsiapa yang berusaha untuk kebaikan, maka dia akan diberi, dan barangsiapa yang menjauhi keburukan, maka dia akan dilindungi.” (HR. Shahih al-Jami’, hadits ke-2328).

Menjadi Kunci Kebaikan dalam Masyarakat

Menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan berarti menjaga diri, waktu, dan berupaya untuk kemaslahatan orang lain. Selain menjaga dirinya sendiri, seorang muslim juga harus bermanfaat bagi orang lain, seperti para nabi yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dengan demikian, seorang muslim hidup di masyarakat sebagai sumber kebaikan dan keberkahan, selalu berbuat baik dan mengajak kepada kebaikan.

Mengenal Kunci-kunci Kebaikan dan Keburukan

Mengenal kunci kebaikan dan keburukan adalah pintu ilmu yang sangat bermanfaat. Hanya orang yang diberi taufik oleh Allah yang dapat memahami dan mengamalkannya. Allah menjadikan kunci untuk setiap kebaikan dan keburukan. Misalnya, ketaatan adalah kunci ketenangan jiwa, istighfar adalah kunci untuk menarik kebaikan, tawadhu adalah kunci rahmat dan ampunan Allah, sedekah adalah kunci untuk menghapus dosa, dan kejujuran adalah merupakan kunci kebajikan.

Sebaliknya, syirik, kesombongan, dan mengabaikan ajaran Allah adalah kunci neraka. Minuman keras adalah kunci segala dosa, ghibah adalah kunci dosa besar, memandang gambar dan tontongan yang tidak halal adalah kunci perzinaan, kemalasan adalah kunci kegagalan, dan maksiat adalah kunci kekufuran.

Kesimpulan

Menjadi kunci kebaikan dan penutup keburukan adalah tanda taufik dari Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan dan penutup keburukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *