Puasa 6 Hari di Bulan Syawal: Keutamaan Besar dan Panduannya

Puasa enam hari di bulan Syawal adalah salah satu amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).

Betapa besar pahala bagi mereka yang menjalankan puasa ini setelah menyempurnakan ibadah di bulan Ramadhan!

Mengapa Puasa Syawal Begitu Dianjurkan?

Keutamaan puasa enam hari ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap amal kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا 

“Barangsiapa datang dengan satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipatnya.” (QS. Al-An’am: 160).

Jika seseorang berpuasa Ramadhan, pahalanya setara dengan puasa selama sepuluh bulan. Ditambah dengan enam hari puasa di Syawal, maka totalnya menjadi dua bulan tambahan. Dengan demikian, pahala yang didapat setara dengan puasa selama satu tahun penuh.

Jangan Sampai Bermalas-malasan!

Kesempatan besar ini jangan sampai terlewat hanya karena kita merasa lelah setelah Ramadhan. Jika sudah terbiasa berpuasa sebulan penuh, maka melanjutkan enam hari lagi tidaklah berat. Cara melaksanakannya juga fleksibel—bisa dilakukan berturut-turut atau secara terpisah selama bulan Syawal. Sebagian orang memilih berpuasa dua hari per minggu selama tiga minggu agar terasa lebih ringan.

Secara umum, mayoritas ulama dari generasi terdahulu hingga sekarang telah berpegang pada hadits ini dan menetapkan bahwa puasa enam hari di bulan Syawal adalah amalan yang dianjurkan. Mereka bahkan mendorong umat Islam untuk menjalankannya karena besarnya keutamaan dan pahala yang terkandung di dalamnya.

Keutamaan dan Manfaat Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Ada ungkapan yang berbunyi:

مَنْ عَرَفَ شَرَفَ مَطْلُوبِهِ هَانَ عَلَيْهِ مَا يَجِدُ فِي سَبِيلِهِ

“Ketika seseorang memahami betapa berharganya sesuatu yang ia kejar, maka segala rintangan di jalannya akan terasa ringan.” Hal ini berlaku juga untuk puasa enam hari di bulan Syawal. Berikut beberapa keutamaan dan manfaatnya:

1. Pahalanya Seperti Puasa Sepanjang Tahun

Puasa enam hari di bulan Syawal setelah menunaikan puasa Ramadhan akan memberikan pahala seperti berpuasa sepanjang tahun. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).

2. Menutupi Kekurangan dalam Puasa Ramadhan

Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan ibadahnya benar-benar sempurna tanpa ada kekurangan. Barangkali ada kelalaian, kurangnya ketulusan, atau bahkan ada kesalahan kecil yang kita lakukan tanpa sadar. Untuk itulah Allah mensyariatkan ibadah sunnah sebagai pelengkap ibadah wajib. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Amalan pertama yang akan diperiksa di hari kiamat adalah shalat. Jika sempurna, maka dicatat sebagai sempurna. Jika terdapat kekurangan, Allah berfirman: ‘Lihatlah, apakah ia memiliki shalat sunnah?’ Jika ada, maka kekurangannya akan disempurnakan dengan amal sunnahnya.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Abu Dawud, dan Al-Hakim).

Demikian pula dengan puasa Ramadhan. Puasa enam hari di Syawal menjadi cara untuk menyempurnakan kekurangan yang mungkin terjadi selama Ramadhan.

3. Tanda Diterimanya Ibadah Ramadhan

Salah satu tanda bahwa Allah menerima ibadah seseorang adalah diberikannya kemudahan untuk melakukan kebaikan setelahnya. Sebagian ulama berkata:

إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةَ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا

“Di antara pahala sebuah kebaikan adalah terbimbingnya seseorang kepada kebaikan berikutnya, sebagaimana dosa pun dapat menarik seseorang kepada dosa lainnya.”

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambahkan petunjuk kepada mereka dan memberikan ketakwaan kepada mereka.” (QS. Muhammad: 17).

Maka, jika seseorang merasa ringan dan dimudahkan untuk berpuasa enam hari setelah Ramadhan, itu pertanda bahwa Allah telah menerima amalnya selama Ramadhan.

4. Melanjutkan Proses Penyucian Jiwa

Seluruh ibadah yang disyariatkan memiliki tujuan utama: menyucikan jiwa dan meninggikan derajat manusia. Puasa memiliki pengaruh yang besar dalam mengendalikan hawa nafsu dan memperbaiki akhlak.

Tak heran, banyak orang merasa lebih dekat dengan Allah selama Ramadhan—lebih mudah berbuat baik, lebih jauh dari kemaksiatan. Ini adalah dampak langsung dari puasa yang membersihkan hati dan menyucikan jiwa. Maka, orang yang melanjutkan kebiasaan puasa dengan enam hari di bulan Syawal, akan mempertahankan efek positif ini lebih lama.

5. Bentuk Syukur atas Nikmat Ramadhan

Puasa Syawal juga merupakan cara bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan untuk menunaikan puasa Ramadhan. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Ibnu Rojab rahimahullah berkata dalam kitab Latha’if al-Ma’arif:

فَلَا نِعْمَةَ أَعْظَمَ مِنْ مَغْفِرَةِ الذُّنُوبِ

“Tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan dosa. Rasulullah ﷺ biasa shalat hingga kakinya bengkak. Ketika ditanya: ‘Mengapa engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?’ Beliau menjawab: ‘Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?'”

Allah juga berfirman: “Dan hendaknya kalian menyempurnakan hitungan (puasa), lalu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya, dan agar kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Sebagai bentuk rasa syukur atas Ramadhan, seorang hamba sebaiknya tidak meninggalkan puasa enam hari di bulan Syawal. Ini adalah cara menunjukkan bahwa kita menghargai nikmat yang telah Allah berikan, bukan sekadar menjalani Ramadhan lalu kembali kepada kebiasaan semula.

 

Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui Tentang Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

1. Tidak Harus Berurutan

Puasa enam hari di bulan Syawal tidak wajib dilakukan berturut-turut. Kita bebas memilih apakah ingin menjalankannya secara berurutan atau menyebarkannya di berbagai hari selama bulan Syawal. Hal ini memberikan kelonggaran sehingga lebih mudah untuk dilakukan.

2. Mana yang Harus Didahulukan, Puasa Qadha atau Puasa Syawal?

Bagi mereka yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, seperti akibat sakit, bepergian, atau bagi wanita yang mengalami haid, muncul pertanyaan: Apakah harus menyelesaikan qadha terlebih dahulu sebelum puasa Syawal?

Ada dua pendapat utama dalam hal ini:

  • Pendapat pertama: Puasa Syawal tidak boleh dilakukan sebelum mengqadha puasa Ramadhan. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim) Para ulama yang mendukung pendapat ini berargumen bahwa seseorang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan belum bisa dikatakan telah “berpuasa Ramadhan”, sehingga ia harus menunaikan qadha dulu sebelum puasa Syawal. Pendapat ini dianut oleh ulama seperti Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, dan Syaikh Shalih Al-Fauzan rahimahumullah.
  • Pendapat kedua: Boleh menjalankan puasa enam hari Syawal terlebih dahulu sebelum qadha Ramadhan. Dasar dari pendapat ini adalah hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku pernah memiliki utang puasa Ramadhan, tetapi aku tidak mengqadhanya hingga bulan Sya’ban tiba.” (Muttafaq ‘Alaih) Hadits ini menunjukkan bahwa boleh menunda qadha Ramadhan, sehingga tidak ada larangan untuk mendahulukan puasa Syawal. Selain itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha tentu tidak akan melewatkan kesempatan mendapatkan pahala besar dari puasa enam hari Syawal jika hal tersebut tidak diperbolehkan.

Sebagian ulama juga merujuk pada ayat berikut: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Kata ‘hari-hari lain’ di ayat tersebut menunjukkan bahwa qadha puasa Ramadhan tidak harus dilakukan langsung setelah Ramadhan, tetapi bisa kapan saja dalam tahun itu. Dengan demikian, seseorang diperbolehkan mendahulukan puasa Syawal.

3. Bisa Digabung dengan Puasa Sunnah Lain

Jika seseorang terbiasa menjalankan puasa sunnah Senin-Kamis, maka ia bisa sekaligus berniat mendapatkan pahala puasa enam hari Syawal dan puasa Senin-Kamis dalam satu amalan. Ini adalah salah satu cara agar ibadah lebih efektif dan mendapatkan pahala berlipat ganda.

4. Tidak Bisa Menggabungkan Niat Qadha Ramadhan dengan Puasa Syawal

Seseorang yang masih memiliki utang puasa Ramadhan tidak bisa sekaligus berniat mengqadha puasa dan mendapatkan pahala puasa enam hari Syawal dalam satu waktu. Alasannya, puasa qadha Ramadhan adalah ibadah wajib, sedangkan puasa Syawal adalah sunnah. Dalam hukum Islam, tidak diperbolehkan menggabungkan niat antara ibadah wajib dan sunnah dalam satu puasa.

Hanya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, kita bisa meraih pahala besar seperti berpuasa sepanjang tahun. Kesempatannya terbuka lebar, dan waktunya cukup fleksibel. Jangan sampai terlewat!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *