Beruntunglah mereka yang diberi kemudahan oleh Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar. Allah Yang Maha Agung berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” [QS. Al-Qadr: 1-3]
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata: “Amalan yang terjadi pada malam itu lebih baik daripada amalan di seribu bulan yang tidak ada malam kemuliaan di dalamnya. Hal ini membuat akal tercengang dan pikiran terkagum-kagum; di mana Allah Yang Maha Tinggi memberi keutamaan kepada umat ini yang lemah kekuatan dan usahanya dengan malam yang amalan di dalamnya setara bahkan melebihi amalan selama seribu bulan, yaitu usia manusia yang panjangnya lebih dari delapan puluh tahun.”
Beruntunglah orang yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan harapan pahala; Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mendirikan malam Lailatul Qadar dengan iman dan harapan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [Muttafaq ‘Alaih]
Para ulama salaf memiliki banyak pendapat tentang malam Lailatul Qadar. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Lailatul Qadar adalah malam terbaik:
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Lailatul Qadar adalah pilihan terbaik dari malam-malam lainnya”.
Penamaan Lailatul Qadar dengan nama ini:
- Mujahid berkata: “إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ [Al-Qadr: 1]; yaitu malam penetapan hukum.”
- Imam Al-Baghawi rahimahullah berkata: “Dinamakan Lailatul Qadar karena ia adalah malam penetapan takdir dan hukum; Allah menetapkan urusan manusia dan negeri mereka pada tahun berikutnya… Dan ada yang mengatakan karena amal saleh yang dilakukan pada malam itu memiliki nilai besar di sisi Allah karena diterima.”
- Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:
“Ada lima pendapat tentang penamaan malam tersebut: pertama, qadar berarti keagungan; kedua, dari kata ‘kesempitan,’ yaitu malam ketika bumi terasa sempit karena banyaknya malaikat yang turun; ketiga, qadar berarti hukum; keempat, karena orang yang sebelumnya tidak memiliki nilai menjadi bernilai karena memperhatikan malam tersebut; kelima, karena diturunkan padanya kitab yang agung.”
- Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata:
“Dinamakan demikian karena Allah menentukan segala urusan yang Dia kehendaki hingga malam yang sama pada tahun berikutnya.”
- Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata:
“Disebut Lailatul Qadar karena keagungan dan keutamaannya di sisi Allah.”
Lailatul Qadar pada bulan Ramadan:
- Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Barang siapa yang bangun sepanjang tahun, akan menemukannya.” Maka hal itu sampai kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, lalu dia berkata: “Semoga Allah merahmati Abu Abdurrahman, sesungguhnya dia tahu bahwa Lailatul Qadar itu ada di bulan Ramadan, tetapi dia ingin agar manusia tidak bergantung padanya semata.”
- Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata:
“Lailatul Qadar itu ada di bulan Ramadan.”
Disembunyikannya Lailatul Qadar agar serius dalam mencarinya:
- Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah berkata:
“Lailatul Qadar… seperti waktu khusus pada hari Jumat,
- Ibnu Al-Munir dalam catatannya menyatakan:
Jika diketahui bahwa manfaat dari tidak disebutkan waktu tertentu untuk Lailatul Qadar dan waktu khusus di hari Jumat adalah agar mendorong manusia memperbanyak salat dan doa, maka jika waktu itu diberitahukan, manusia akan bergantung pada waktu tersebut saja dan meninggalkan amalan lainnya. Sungguh mengherankan jika ada orang yang bersungguh-sungguh mencarinya.”
- Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
“Lailatul Qadar itu berpindah-pindah, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hikmah dalam pergerakannya; agar manusia tidak terbiasa hanya menghidupkan malam tertentu dan meninggalkan malam lainnya.”
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Ringkasan: Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda khusus, seperti ketenangan malam, warna langit yang putih terang, dan cahaya yang kuat karena kehadiran para malaikat yang membawa kebaikan. Dahulu, tanda-tanda ini lebih mudah dikenali sebelum adanya cahaya listrik. Malam ini juga memberikan ketenangan jiwa, kelapangan hati, dan dorongan untuk beribadah. Kekhusyukan hati dalam salat malam menjadi salah satu keistimewaannya. Semua ini adalah karunia dari Allah kepada hamba-Nya yang terpilih. Selain itu, ada pula tanda setelah malam berakhir, yaitu terbitnya matahari. Matahari tersebut terbit dengan cahaya yang lembut dan tidak menyilaukan. Hal ini membuat seseorang semakin bersyukur jika ia diberikan taufik untuk menghidupkan malam itu dengan ibadah dan amal saleh.”
Baca Juga Tanda-tanda Lailatul Qadar
Berjuang untuk mencari Lailatul Qadar
- Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Mencari Lailatul Qadar membutuhkan penjagaan yang lebih intensif dan perjuangan yang penuh, meskipun pada akhirnya seseorang mungkin menemukannya atau tidak… Orang yang bangun malam untuk mencari Lailatul Qadar tetap mendapat pahala, dan jika dia menemukannya, maka pahalanya akan jauh lebih besar.”
Memohon ampun kepada Allah pada Lailatul Qadar
- Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
“Dianjurkan untuk memohon ampun pada Lailatul Qadar setelah bersungguh-sungguh dalam beramal di malam itu, juga di malam-malam sepuluh terakhir Ramadan. Sebab orang-orang yang mengenal Allah dengan baik akan bersungguh-sungguh dalam beramal, namun mereka tetap tidak melihat amal baik, keadaan, atau perkataan mereka layak. Maka mereka kembali memohon ampun seperti halnya seorang pendosa yang merasa kurang dalam beramal… Siapa pun yang merasa dosa-dosanya sangat besar, dia tidak akan berharap pada keridaan Allah, dan cita-cita terbesarnya hanya memohon ampunan. Dan siapa pun yang memiliki pengetahuan sempurna, dia hanya akan melihat dirinya dalam posisi ini.”
Menebus usia yang terbuang dengan menghidupkan Lailatul Qadar
- Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
“Wahai orang yang usianya terbuang sia-sia, tebuslah apa yang telah hilang darimu di malam Lailatul Qadar; karena malam itu diperhitungkan sebagai usia… Maka segeralah bersegera untuk memanfaatkan amal di sisa bulan ini; semoga yang tersisa dapat menebus apa yang hilang dari sia-sianya usia.”