Dari Abu Hurairah f, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasalah bulan kesabaran, dan tiga hari dari setiap bulan, maka kamu telah berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Ramadhan sebagai bulan kesabaran karena Ramadhan mencakup berbagai jenis kesabaran:
- Kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, seperti shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan berbagai jenis ketaatan lainnya.
- Kesabaran menjauhi larangan Allah, seperti nafsu.
- Kesabaran terhadap ketentuan Allah yang menyakitkan, seperti rasa lapar dan dahaga serta kelemahan jiwa dan tubuh yang dialami oleh orang yang berpuasa. Dengan kesabarannya, orang yang berpuasa akan diberi pahala.
Jika puasa adalah sumber dan tempat asal kesabaran, maka kita dapat memahami apa yang diriwayatkan dalam Shahihain dan lainnya dari Nabi SAW yang bersabda:
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kebaikan diberi pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Orang yang berpuasa meninggalkan nafsunya, makanan, dan minumannya demi-Ku. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabb-nya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pahala puasa dalam hadis ini tidak dijelaskan secara spesifik, karena puasa mencerminkan hakikat ibadah kesabaran. Allah berfirman tentang balasan bagi orang-orang yang sabar:
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan diberi balasan tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Dengan demikian, puasa dikecualikan dari amal yang diberi pahala dengan jumlah yang tetap, karena semua amal lainnya diberi pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, sedangkan puasa tidak dibatasi pada jumlah ini. Allah akan menggandakannya berkali-kali tanpa batas.
Mungkin salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil dari ibadah puasa adalah bahwa agama yang agung ini datang untuk menanamkan kekuatan kehendak dan kejujuran niat, serta keteguhan dalam kesulitan dan kesabaran menghadapinya. Orang yang dapat bersabar dalam meninggalkan makanan dan minuman, yang merupakan kebutuhan dasar yang menyelamatkannya dari kematian dan kehancuran, dan bersabar sepanjang hari selama satu bulan setiap tahun, maka ia akan mampu menahan nafsu dan keinginan yang tidak perlu, apalagi hal-hal yang berlebihan dari kebutuhannya.
Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan semangat dan memuliakan jiwa. Berapa banyak orang yang berdiri membaca ayat-ayat Allah? Berapa banyak orang yang bersedekah dengan mengeluarkan hartanya? Berapa banyak orang yang terus-menerus menyebut nama Allah sehingga lidahnya tetap basah dengan zikir? Berapa banyak orang yang berusaha membantu janda dan yatim piatu?
Mari kita sambut bulan yang mulia ini dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, sehingga kita dapat memanfaatkan angin sepoi-sepoi ilahi yang ada di dalamnya. Jika Ramadhan seperti hujan, maka ia membutuhkan tanah yang subur untuk menyambut hujan tersebut. Jika hujan bertemu dengan tanah yang subur, maka akan tumbuh tanaman yang baik dengan izin Allah. Semoga Allah memudahkan kita untuk berpuasa dengan baik, dan menjadikan kita di antara mereka yang melaksanakan kewajiban ini dengan cara yang diridhai-Nya.