Umat Dakwah vs Umat Ijabah

Umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal dengan dua sebutan. Pertama, mereka disebut sebagai Umat Dakwah, yaitu semua orang yang menjadi sasaran dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dari kalangan Arab maupun non-Arab. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun dari umat ini (Umat Dakwah)—baik Yahudi maupun Nasrani—yang mendengar tentang aku, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali dia akan menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim).

Dalam sabda beliau, frasa “dari umat ini” merujuk pada Umat Dakwah, yang mencakup Yahudi dan Nasrani.

Kedua, umat beliau juga disebut sebagai Umat Ijabah, yaitu orang-orang yang beriman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti syariat yang dibawanya. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

“Syafa’atku diberikan kepada pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad. ).

Mereka (Umat Ijabah) inilah yang akan dinisbatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَرَضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ فَجَعَلَ يَمُرُّ النَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، وَرَأَيْتُ سَوَادًا كَثِيرًا سَدَّ الأُفُقَ فَرَجَوْتُ أَنْ تَكُونَ أُمَّتِي، فَقِيلَ: هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ. ثُمَّ قِيلَ لِي: انْظُرْ فَرَأَيْتُ سَوَادًا كَثِيرًا سَدَّ الأُفُقَ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ هَكَذَا وَهَكَذَا، فَرَأَيْتُ سَوَادًا كَثِيرًا سَدَّ الأُفُقَ، فَقِيلَ: هَؤُلَاءِ أُمَّتُكَ، وَمَعَ هَؤُلَاءِ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Ditampilkan kepadaku berbagai umat. Ada nabi yang lewat bersama satu orang, ada nabi yang lewat bersama dua orang, ada nabi yang lewat bersama sekelompok orang, dan ada nabi yang tidak bersama seorang pun. Kemudian aku melihat sekumpulan besar yang memenuhi ufuk, dan aku berharap itu adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’ Kemudian dikatakan lagi: ‘Lihatlah!’ Aku pun melihat sekumpulan besar yang memenuhi ufuk. Dikatakan kepadaku: ‘Lihat ke sana dan ke sini.’ Aku melihat sekumpulan besar yang memenuhi ufuk. Lalu dikatakan: ‘Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab.” (Muttafaq ‘alaih).

Umat Ijabah memiliki keutamaan-keutamaan besar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّمَا بَقَاؤُكُمْ فِيمَا سَلَفَ قَبْلَكُمْ مِنَ الْأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ، أُوتِيَ أَهْلُ التَّوْرَاةِ التَّوْرَاةَ فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ النَّهَارُ عَجَزُوا فَأُعْطُوا قَيْرَاطًا قَيْرَاطًا، ثُمَّ أُوتِيَ أَهْلُ الْإِنْجِيلِ الْإِنْجِيلَ فَعَمِلُوا إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ عَجَزُوا فَأُعْطُوا قَيْرَاطًا قَيْرَاطًا، ثُمَّ أُوتِينَا الْقُرْآنَ فَعَمَلْنَا إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ فَأُعْطِينَا قَيْرَاطَيْنِ قَيْرَاطَيْنِ، فَقَالَ أَهْلُ الْكِتَابَيْنِ: أَيُّ رَبِّنَا أَعْطَيْتَ هَؤُلاءِ قَيْرَاطَيْنِ قَيْرَاطَيْنِ وَأَعْطَيْتَنَا قَيْرَاطًا قَيْرَاطًا وَنَحْنُ كُنَّا أَكْثَرَ عَمَلًا؟ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ أَجْرِكُمْ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالُوا: لَا. قَالَ: فَهُوَ فَضْلِي أُوتِيهِ مَنْ أَشَاءُ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya masa keberadaan kalian dibandingkan umat-umat sebelumnya adalah seperti waktu antara shalat Ashar hingga terbenamnya matahari. Ahli Taurat diberikan Taurat, lalu mereka beramal hingga tengah hari, kemudian mereka lemah dan diberikan pahala satu qirath. Kemudian ahli Injil diberikan Injil, lalu mereka beramal hingga shalat Ashar, kemudian mereka lemah dan diberikan pahala satu qirath. Kemudian kami diberikan Al-Qur’an, lalu kami beramal hingga matahari terbenam, dan kami diberikan dua qirath. Maka ahli Kitab berkata: ‘Wahai Rabb kami, Engkau berikan kepada mereka dua qirath, sedangkan kami hanya satu qirath, padahal kami lebih banyak beramal?’ Allah berfirman: ‘Apakah Aku mengurangi hak kalian sedikit pun?’ Mereka menjawab: ‘Tidak.’ Allah berfirman: ‘Itulah karunia-Ku yang Aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki.'” (Muttafaq ‘alaih).

Barangsiapa yang telah sampai kepadanya dakwah Islam dan hujjah telah ditegakkan atasnya, lalu dia mengucapkan “La ilaha illallah” (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), tetapi tidak mengucapkan “Muhammad Rasulullah” (Muhammad adalah utusan Allah), maka dia bukan termasuk Umat Ijabah, melainkan termasuk penghuni neraka—kita berlindung kepada Allah—sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, dua kalimat syahadat harus digabungkan. Bahkan, seseorang harus beriman kepada semua rasul untuk keluar dari lingkaran kekafiran, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا * أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينً

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan ingin memisahkan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, serta mengatakan: ‘Kami beriman kepada sebagian dan kafir kepada sebagian,’ dan ingin mengambil jalan tengah di antara yang demikian, merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 150-151).

Oleh karena itu, setelah diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah diterima dari orang yang telah mendengar tentang beliau sekadar mengakui keesaan Allah. Misalnya, seorang Nasrani tidak cukup hanya dengan mengesakan Allah dan meyakini bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah, tetapi dia juga harus beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak, maka dia bukan termasuk Umat Ijabah, dan tempat kembalinya adalah neraka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *